- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MENGENAL FESTIVAL HOYAK TABUIK PARIAMAN
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dunia
ini penuh dengan manusia, di mana manusia hidup membentuk kelompok
masing-masing. Tiap kelompok memiliki cara dan pola hidup yang berbeda satu
sama lain. Cara dan pola hidup ini dapat kita sebut sebagai suatu budaya, dimana
kita tahu bahwa tiap kelompok manusia memiliki karakteristik budaya
masing-masing. Di samping itu antara satu budaya suatu kelompok dengan budaya
kelompok lain tidak jarang ditemui beberapa kemiripan walaupun asal mula dari
budaya tersebut berbeda.
Salah
satu budaya yang hampir tiap belahan dunia memilikinya adalah upacara adat,
baik itu upacara pernikahan, pernguburan, pengangkatan pemimpin suatu kelompok,
peringatan hari penting, dan lain - lain. Meskipun begitu, upacara - upacara
adat tersebut memiliki makna masing - masing yang tidak bisa diabaikan begitu
saja bagi setiap pengikutnya.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud Hoyak Tabuik?
2. Bagaimana
bisa Hoyak Tabuik masuk ke masyarakat Pariaman?
3. Bagaimana
prosesi adat Hoyak Tabuik ?
4. Apa
makna dari setiap prosesi adat Hoyak Tabuik?
5. Apa
Nilai yang terkandung dalam Hoyak Tabuik?
1.3.
Tujuan
Penulisan
1. Memberikan
gambaran secara umum tentang upacara adat
2. Mengenalkan
kepada pembaca apa itu Hoyak Tabuik
3. Menjelaskan
kepada pembaca sejarah dari Hoyak Tabuik
4. Memberikan
informasi kepada pembaca prosesi adat Hoyak Tabuik
5. Menjelaskan
kepada pembaca makna dari Hoyak Tabuik
BAB
II
TEORI BUDAYA
TEORI BUDAYA
2.1.
Pengertian Upacara Adat
Pada dasarnya upacara merupakan bentuk perilaku
masyarakat untuk menunjukkan pentingnya suatu peristiwa. Contoh sederhananya
adalah upacara pengibaran bendera yang dilakukan di sekolah pada hari senin
ataupun hari peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesial, yang menunjukkan betapa
pentingnya perjuangan Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Di belahan dunia ini banyak
sekali kejadian penting yang diperingati oleh masyarakatnya dengan melakukan
upacara tertentu. Dengan adanya upacara, kita dapat mencari tahu asal usul mengapa upacara tersebut di adakan.
Upacara Adat merupakan salah satu bentuk adat istiadat
yang di adakan secara rutin oleh masyarakat setempat yang dalam pelaksanaannya memiliki makna , budaya, dan
nilai sejarah yang sangat berarti bagi masyarakat tersebut. Berikut ini adalah
lima Pengertian upacara adat menurut para ahli.
§
Koentjaraningat (1992)
Menurut ahli sosiologi dan antropologi di Indonesia ini, mengatakan jika
pengertian upacara adat adalah suatu bentuk acara yang dilakukan dengan
bersistem dengan dihadiiri secara penuh masyarakat, sehingga dinilai dapat
membuat masyarakat merasa adanya kebangkitan dalam diri mereka.
§
Abdurrauf Tarimana, (1993)
Upacara adat adalah asas-asas yang mengakibatkan adanya hubungan
timbal-balik yang tampak nyata dalam masyarakat, meskipun ia menambahkan bahwa
dalam upacara dat ada istilah “tolak bala” antra manusia Dewa, Tuhan, atapun
mahluk halus lainnya.
§
Subur Budhisantoso, (1948)
Menurutnya, ada berbagai fungsi yang terdapat dalam upacara adat
diantarnya adanya penciptaan pengendalian sosial, norma sosial, penanaman nilai sosial, dan dipergunakan sebagai media
sosial.
§
Clifford Geerts dalam Sitti Masnah Hambalai (2004)
Definisi upacara adat adalah sistem berupa simbul yng dilakukan untuk
pengintegrasian etos dan juga pandangan hidup.
§
Suwandi Notosudirjo, (1990)
Menurutnya, arti upacara adat adalah upacara yang dilakukan secara
bersistem yang mampu mendorong kehidupan sosial masyarakat yang ada dilingkungannya.
Dari definisi-definisi yang disebutkan sebelumnya , berikut ini beberapa
contoh upacara adat yang sudah diadakan secara umum.
§
Upacara penguburan
Upacara penguburan sudah dilakukan jauh sebelum manusia mengenal
tulisan. Tingkat kepercayaan manusia yang sangat tinggi terhadap roh-roh yang
meninggal membuat manusia melakukan cara khusus untuk mengubur mayat manusia
tersebut.
§
Upacara pernikahan
Upacara pernikahan juga sudah dilakukan sejak dahulu, tiap daerah
memiliki cara tersendiri dalam mengadakan upacara pernikahan. Di Minangkabau menganut garis ketrununan
Matrilineal , sedangkan suku Batak, Bali, Jawa, menganut garis Patrilineal.
§
Upacara pelantikan pemimpin
suatu kelompok
Pemimpin merupakan orang yang berwibawa, berpengalaman dan memiliki
pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakatnya. Di dunia ini banyak upacara yang
dilakukan dalam pengangkatan/pelantikan seorang pemimpin, baik itu raja,
presiden, kepala daerah, ataupun kepala suku.
§
Upacara perayaan hari
penting
Dalam berjalannya waktu, ada
satu titik waktu yang sangat berarti bagi sebagian masyarakat dan titik waktu
lain yang sangat berarti bagi masyarakat lain. Baik hari itu adalah hari di mana
salah tokoh masyarakat yang wafat dalam perjuangan ataupun hari di mana
lahirnya kejayaan bagi suatu kelompok masyarakat, dan akhirnya masyarakat pun
mengadakan upacara untuk menunjukkan pentingya arti dari hari – hari tersebut.
Pada Bab selanjutnya akan
dibahas salah satu upacara peringatan hari penting yang diadakan masyarakat Pariaman.
BAB
III
ANALISA BUDAYA
ANALISA BUDAYA
3.1.
Pengertian dan Sejarah dari Hoyak Tabuik
Hoyak
Tabuik(Tabuik=Tabut) merupakan perayaan memperingati 10 Muharram Hijriyah(Hari
Asyura) yang diadakan setahun sekali oleh masyarakat Pariaman dalam
memperingati hari wafatnya Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad
saw. . Sejarah mencatat Hussein beserta
keluarganya wafat di padang Karbala, Iraq 10 Muharram 61 Hijriyah (681 Masehi)
dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid.
Tabuik/Tabut diambil dari
Bahasa Arab yang memiliki beberapa pengertian.
Tabuik memiliki arti keranda/peti mati, Tabuik juga memiliki arti peti
pustaka yang digunakan Nabi Musa sebagai tempat untuk menyimpan naskah
perjanjian Bani Israil dengan Allah. Pada awalnya, Tabuik adalah sebuah peti
kayu berlapis emas sebagai penyimpanan
lempengan batu berisi Manuskrip Taurat.
Berdasarkan kisah yang
diturunkan kepada masyarakat Pariaman secara turun temurun, Hoyak Tabuik sudah
diselenggarakan sejak tahun 1829.
Berdasarkan catatan Snouck Hurgronje mengatakan bahwa tradisi Tabuik
mauk ke Indonesia melalu dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14M
dimana Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Melalui Hikayat
ini tradisi Tabuik dipelajari oleh masyarakat.Gelombang kedua dibawakan oleh
tentara Cipei/Sepoy dari India penganut Islam Syiah yang dipimpin Iman Kadar
Ali yang dijadikan pasukan bayaran oleh Inggris ketika merebut Bengkulu dari
kuasa Belanda berdasarkan Traktat London, 1824.
Ketika Inggris menguasai
Bengkulu, Pasukan Tamil yang menjadi bagian Inggris menggelar pesta di Bengkulu
yang bernama “Tabot”. Kemudian tradisi ini menyebar sampai meluas hingga ke
Panian, Padang, Pariaman, Maninjau , Pidi, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi itu satu persatu ditinggalkan dan
hanya di selenggarakan oleh masyarakat Bengkulu (Tabot) dan masyarakat Pariaman
(Tabuik).
3.2.
Prosesi Adat Hoyak Tabuik
a.
Pembuatan Daraga
Pada hari-hari sebelum dilakukan prosesi Tabuik,
setiap rumah tabuik didirikan terlebih dahulu sebuah tempat yang dilingkari
bahan alami empat persegi dan diberi tanda di dalamnya sebagai kiasan bercorak
makam yang dinamakan dengan “daraga” , dimana memiliki fungsi sebagai pusat dan
tempat alat ritual serta tempat pelaksanaan mataam.
b.
Maambiak Tanah
Maambiak tanah, yaitu mengambil tanah yang dilakukan ketika adzan
Maghrib dikumandangkan pada tanggal 1 Muharram, kemudian di arak-arakan yang
dimeriahkan dengan gendang tasa.
Pengambilan tanah tersebut dilaksanakan oleh dua
kelompok, Tabuik Pasar di Desa Pauh dan Tabuik Subarang di Alai-Gelombang yang
berjarak sekitar 600 meter dari rumah tabuik(daraga) dengan berlawanan arah. Tanah
tersebut diambil oleh seorang laki-laki dengan berpakaian putih kemudian di
usung ke dalam daraga yang berukuran 3x3
meter yang kemudian dibalut dengan pakaian putih dan diletakkan ke dalam peti
bernama tabuik.
Pakain putih tersebut melambangkan kejujuran dari
Hussein bin Ali, sedangkan Maambiak Tanah
ini memberikan makna simbolik bahwa manusia berasal dan akan kembali ke tanah.
c.
Maambiak Pisang
Maambiak Batang
Pisang, yaitu penebangan dan
pengambilan batang dari pohon pisang yand ditanamkan dekat pusara pada tanggal
5 Muharram. Penebangan batang ini memberikan makna yaitu ketajaman pedang yang
digunakan dalam perang yang kemudian batang tersebut ditebas oleh salah seorang pria berpakaian
silat dengan pedang tersebut sebagai simbol menuntut balas atas kematian
Hussein.
d.
Peristiwa Maatam
Peristiwa Maatam dilaksanakan pada tangal 7 Muharram
setelah dilaksanakannya shalat Dzhuhur yang dilakukan oleh penghuni rumah
Tabuik. Maatam dilakukan dengan
berkeliling daraga sambil membawa jari-jari, sorban, pedang Hussein, dan
peralatan tabuik lainnya sambil menangis dan meratap. Peristiwa Maatam ini melambangkan kesedihan atas
kematian Hussein bin Ali.
e.
Maarak Panja
Maarak Panja(Maarak Jari-Jari) dilaksanakan pada
tanggal 7 Muharram setelah peristiwa Maatam, yaitu kegiatan membawa tiruan
jari-jari Hussein yang telah tercincang yang kemudian ditunjukkan di depan umum
sebagai tanda kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati
terbunuh telah ditemukan. Kemudian
Maarak Panja diramaikan dengan Hoyak Tabuik Lenong. Hoyak Tabuik Lenong adalah
sebuah tabuik dengan ukuran yang kecil yang diletakkan di atas kepala seorang
laki-laki dengan diiringi gandang tasa. Tiruan jari-jari yang ditunjukkan
tersebut memberikan sebuah bukti kepada khalayak ramai betapa kejamnya raja
zalim atas kematian Hussein bin Ali.
f.
Maarak Saroban
Maarak Saroban juga dilaksanakan dengan cara yang hampir sama dengan Maarak Panja, yaitu dilakukan dengan Hoyak Tabuik Lenong dengan iringan
gandang tasa. Namun Maarak Saroban
dilakukan pada sore hari tanggal 8 Muharram dengan membawakan dan menunjukkan
kepada masyarakat sorban yang dikenakan Hussein yang terbunuh pada Perang
Karbala.
g.
Tabuik Naik
Pangkat
Setelah Maarak Saroban, pada dini hari 10 Muharram
disatukan dua bagian tabuik menjadi satu kesatuan tabuik utuh. Prosesi ini
dinamakan Tabuik naik Pangkat,
kemudian Tabuik tersebut di usung ke jalan sepanjang hari dari terbitnya matahari.
h.
Pesta Hoyak Tabuik
Selama diusungnya Tabuik sepanjang jalan, 3 jam sebelum
adzan Dzhur dikumandangkan, disuguhkan 2 tabuik, yaitu Tabuik Subarang dan
Tabuik Pasar ke tengah pengunjung pesta hoyak tabuik untuk memberikan gambaran
simbolik peristiwa Perang Karbala dalam Islam. Kegiatan ini akan terus
berlangsung sampai dengan diusungnya Tabuik ke pinggir pantai seiring turunnya
matahari
i.
Pembuangan Tabuik
ke Laut
Seiring terbenamnya matahari , disatukan Tabuik
Subarang dan Tabuik Pasar (Tabuik Naik Pangkat) yang di arak keliling kota.
Delapan orang akan membawa masing-masing tabuik sampai warna matahari di langit
memancarkan warna jingga kemerahan dan akhirnya kedua tabuik tersebut
dipertemukan kembali di pantai Gondoriah. Kemudian kedua tabuik tersebut akan
diadukan layaknya Perang Karbala sebagai acara puncak dari upacara tabuik yang
setelahnya kedua tabuik tersebut akan dibuang ke laut Pantai Gondoriah.
Pembuangan kedua tabuik ini merupakan bentuk dari
kesepakatan masyarakat untuk melupakan segala perselisihan di antara mereka,
serta sebagai terbangnya jasad Hussein bin Ali yang dibawakan seekor buraq ke
surga,
3.3.
Nilai dan Makna yang terkandung dalam Upacara Hoyak
Tabuik
Dari penjelasan
sebelumnya dapat diketahui bahwa tradisi merayakan tabuik yang diselenggarakan
masyarakat Pariaman menyimpan kisah kematian tragis
Hasan dan Hussein dalam perang Karbala.
Adapun makna yang didapat
dari Hoyak Tabuik pada hakikatnya memperingati kematian kedua cucu Nabi Muhammad
saw. tersebut atas kekejaman raja yang zalim. Bukan hanya Hussein yang menjadi
korban dari perang tersebut, saudara - saudaranyapun juga menjadi korban,
diantaranya Ja’far, Abbas, Abu Bakar, Muhammad, dan Utsman. Secara keseluruhan
korban yang meninggal dari keluarga Rasulullah saw. berjumlah sekitar 18 orang,
termasuk putra dari Hasan dan Hussein sendiri.
Alkisah
diriwayatkan dengan izin dari Allah SWT,secara tiba-tiba jezanah Hosein diangkat
ke langit menggunakan Buraq. Dalam Upacara
Hoyak Tabuik, Burak digambarkan sebagai hewan berbadan seperti kuda dan
berkepala seperti manusia dengan sayap yang lebar dengan membawakan peti di
atas pundaknya berhias payung mahkota warna-warni. Inilah yang dinamakan dengan
tabuik.
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan, bahwa Upacara Hoyak Tabuik
merupakan upacara yang dilakukan masyarakat pariaman dalam rangka memperingati
wafatnya Hussein bin Ali bin Abi Thalib dalam Perang Karbala. Upacara ini
diselenggarakan satu tahun sekali pada Hari Assyura, yaitu tanggal 10 Muharram
Hijriyah.
4.2.
Daftar Pustaka
§ https://www.kiblat.net/2015/10/26/sama-sama-wafat-terbunuh-kenapa-husein-diratapi-namun-ali-tidak/
Komentar
Posting Komentar